Para wisatawan yang mengunjungi Thailand dan Kamboja umumnya ingin melihat
makanan ekstreme tersebut sambil berfoto-foto. Mereka berpose untuk
mengabadikan momen memakan kumbang, belalang, atau laba-laba, dan gambar itupun
menjadi souvenir Instagrammable dari petualangan mereka.
Di beberapa negara meski banyak para
penjual masakan yang terbuat dari serangga, namun ternyata mayoritas penduduk
setempat tidak benar-benar suka makan serangga. Ada yang menyebut bahwa itu
hanya tipu muslihat untuk mencari uang dari wisatawan.
Tapi tidak demikian dengan masakan laba-laba tarantula di Kamboja. Laba-laba yang konon lezat itu dijual hingga 1 dolar AS (Rp13 ribuan) per ekor. Tarantula goreng itu dijual jalan-jalan Siem Reap, Kamboja.
bahwa warga Kamboja benar-benar suka
memakan laba-laba goreng. Tarantula adalah nama yang diberikan
untuk salah satu jenis laba-laba dengan ukuran sangat besar yang umumnya
berambut.
"Beberapa hari saya bisa menjual puluhan," kata Yin Lucky, seorang warga Kamboja yang diwawancara CNN sambil membuka kantong plastik penuh dengan tumpukan tarantula.
"Mereka lezat, camilan sempurna untuk dinikmati dengan bir dingin atau anggur beras. Tapi laba-laba itu sangat mahal, sehingga orang hanya makan untuk acara khusus, mungkin pesta ulang tahun dan setiap orang membeli satu atau dua.."
"Beberapa hari saya bisa menjual puluhan," kata Yin Lucky, seorang warga Kamboja yang diwawancara CNN sambil membuka kantong plastik penuh dengan tumpukan tarantula.
"Mereka lezat, camilan sempurna untuk dinikmati dengan bir dingin atau anggur beras. Tapi laba-laba itu sangat mahal, sehingga orang hanya makan untuk acara khusus, mungkin pesta ulang tahun dan setiap orang membeli satu atau dua.."
Tarantula oleh warga
Kamboja dimasukkan ke dalam kategori beberapa makanan lezat di dunia, seperti
kaviar atau truffle, yang dinikmati secara eksklusif oleh orang kaya dan
berkuasa.
Namun Yin menjelaskan, bahwa kemiskinan dan kelaparan selama masa pemerintahan berdarah Khmer Merah, gerakan komunis radikal yang memerintah Kamboja pada 1970-an, kemudian mendorong rakyat untuk memakan setiap makhluk hidup yang bisa mereka tangkap.
Namun Yin menjelaskan, bahwa kemiskinan dan kelaparan selama masa pemerintahan berdarah Khmer Merah, gerakan komunis radikal yang memerintah Kamboja pada 1970-an, kemudian mendorong rakyat untuk memakan setiap makhluk hidup yang bisa mereka tangkap.
Dan beberapa makhluk yang mereka tangkap ternyata benar-benar terasa nikmat - seperti tarantula, kalajengking, ulat sutera dan belalang. Serangga itu pun kemudian tetap menjadi bagian makanan rakyat Kamboja setelah berakhirnya pemerintahan Khmer Merah dan bencana kelaparan.
Tarantula yang dijual sebagian besar berasal dari Kampong Cham, sebuah provinsi kurang lebih 200 kilometer sebelah tenggara dari Siem Reap. Kebanyakan warga disini menghabiskan hari-hari mereka untuk berburu sarang tarantula.
Begitu menemukannya, mereka membunuh laba-laba itu dengan menusuknya
menggunakan tongkat atau menyiramnya dengan air panas. Sebagian besar laba-laba
yang ditangkap itu lalu berakhir di wajan.
Sebelum digoreng, laba-laba direndam ke dalam bumbu yang terdiri dari bawang putih, gula, garam, dan beberapa rempah lainnya. Lalu, goreng laba-laba ke dalam minyak yang panas mendidih selama 45 detik.
Sebelum digoreng, laba-laba direndam ke dalam bumbu yang terdiri dari bawang putih, gula, garam, dan beberapa rempah lainnya. Lalu, goreng laba-laba ke dalam minyak yang panas mendidih selama 45 detik.
Menurut Yin Lucky, menggorengnya tidak boleh lebih dari 45 detik, untuk
membuat laba-laba terasa renyah di luar dan lembut di dalam.
Setelah diangkat dari penggorengan, penampilan tarantula itu tidak berubah, kecuali beberapa rambutnya yang hangus.
Setelah diangkat dari penggorengan, penampilan tarantula itu tidak berubah, kecuali beberapa rambutnya yang hangus.
Referensi : https://media.iyaa.com/article/2017/02/tarantula-menu-kuliner-ekstrem-khas-kamboja-berani-coba-3584376.html